Breaking News

Selasa, 14 Juni 2016

Berita Ahok Terkini : Soal Razia Warteg Di Serang, Ahok Tanya ‘Memangnya Semua Orang Muslim Puasa ?’

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
HargaTop.com – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) nampak enggan ketika diminta berkomentar tentang peraturan daerah (perda)di Serang yang melarang tempat makan buka pada siang hari selama bulan puasa Ramadan 1437 Hijriah. Dirinya hanya memastikan tidak mengeluarkan perda seperti itu di Jakarta.
“Kamu tanya Mendagri, cabut perdanya,” tutur Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (13/6/2016).
Selanjutnya, Ahok memastikan bahwa perda yang serupa tidak ada di Provinsi DKI Jakarta. Dengan demikian, Satpol PP tidak berhak melakukan razia terhadap tempat makan yang tetap buka di siang hari selama bulan puasa Ramadhan.
“Enggak ada (perda seperti itu di Jakarta). Saya mau tanya, memangnya semua orang Muslim puasa? Perempuan kalau lagi datang bulan memang puasa?” ujar Ahok.
Peristiwa razia yang dilakukan Satpol PP terhadap seorang ibu pemilik warung makan (warteg) bernama Saeni (53) di Serang, Banten, yang awalnya disiarkan Kompas TV, menjadi viral. Miris melihat ibu Eni menangis sedih karena makanannya disita membuat netizen menggelar aksi sosial menggalang dana untuk membantunya.
Tanpa diduga, penggalangan dana netizen tersebut akhirnya berhasil mengumpulkan uang lebih dari Rp 265 juta. Selain itu, kejadian ini pun menyita perhatian Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga keduanya turut mengulurkan tangan untuk membantu Saeni.

Minggu, 22 Mei 2016

Maaf, 43 Siswa SD di Distrik jalengga dan Bolakme Gagal Ikut UN Tahun Ini

                Bukan hanya anak-anak yang mengikuti ujian, soal UN SD 2016 juga bikin orang tua panik.
Sebanyak 43 siswa sekolah dasar (SD) di Distrik Bolakme, Kabupaten Jayawijaya, Papua, dipastikan tak ikut ujian nasional (UN) tahun ini. Hal itu disebabkan tak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah itu sejak setahun terakhir. 

"Ke-43 anak tidak bisa ikut ujian sekolah tahun ini dan baru kami daftarkan tahun depan," kata Ketua Panitia Pelaksana Ujian Nasional Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya Yohanis Lobya saat dihubungi lewat telepon selularnya, Senin (16/5/2016). 

Saat ini, di Kabupaten Jayawijaya tercatat 2.195 peserta ujian sekolah dan 236 orang peserta ujian Paket A. "Kami pastikan tak ada lagi sekolah yang beralasan tak menerima soal ujian, sebab distribusi soal ujian sudah dilakukan sejak kemarin," ucap dia. 

Sementara itu, pantauan di Kota Jayapura terdapat 5300-an lebih siswa SD yang mengikuti ujian sekolah. Meski ujian SD diundur sehari, hal itu tak mengubah jadwal mata pelajaran yang diujikan.

"Ujian mata pelajaran tetap sesuai jadwal, hari Selasa mata pelajaran Matematika, sedangkan hari Rabu mata pelajaran IPA. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diujikan Senin dipindahkan ke hari Kamis," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Jayapura, I Wayan Mudiyasa.

Pengunduran hari ujian, kata Wayan, tidak akan membuka peluang bagi anak-anak untuk menyontek kunci jawaban. Ia menerangkan soal ujian dibuat dalam banyak paket yang berbeda-beda sehingga tidak ada peluang untuk saling menyontek.

Selain itu, kata Wayan, 75 persen soal ujian dibuat di provinsi masing-masing dan 25 persen adalah soal yang dibuat di pusat. 

"Meskipun Papua baru akan mengerjakan soal ujian Bahasa Indonesia hari Kamis 19 Mei dan propinsi lain di Indonesia mengerjakannya hari Senin 16 Mei, siswa tetap tidak bisa saling membagi kunci jawaban karena soal ujian Bahasa Indonesia di Papua berbeda dengan provinsi lainnya," jelas Wayan. 

Ujian nasional SD di tanah Papua diundur sehari dari jadwal yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat. Ini dikarenakan libur fakultatif yang dilaksanakan Pemprov Papua, yakni untuk memperingati hari Pantekosta II di tanah Papua.

anak anak walak mbarlima

anak-anak walak mbarlima mempunyai ke unikan dalam buda dan tradisional di wilaya suku walak mbarlima .

jou tube walak elege mendek


Sabtu, 09 April 2016

Mahasiswa Pertanyakan Pemekaran Okika

Wamena WenehMahasiswa Jayawijaya di Jayapura yang tergabung dalam Keluarga Besar Ikatan Distrik Karulu (IKDK), HMPJ, AMPTIPI dan PMKRI mempertanyakan penjelasan visi misi dari  pemekaran calon daerah Otonom baru Kabupaten Okika yang masih masuk wilayah Kabupaten Jayawijaya.

Ketua IKDK, Leo Himan dalam keterangan persnya, Senin (18/3) kemarin di Café Prima Garden Abepura mengungkapkan bahwa, pihaknya mempertanyakan permintaan pemekaran baru di Karulu menjadi Kabupaten Okika.

“Apa yang menjadi tujuan dibalik rencana daerah otonomi baru,Okika” ungkapnya.

“Kami mahasiswa Jayawijaya yang ada di Jayapura maupun mahasiswa di Kota study lainnya sekaligus masyarakat dari Distrik Karulu meminta penjelasan kepada Tim Pemekaran Okika tentang visi misi pemekaran dari Tim, sebab pemekaran yang diketuai langsung oleh Musa Mabel telah melakukan penipuan kepada masyarakat,” katanya.

Penipuan yang dilakukan oleh Tim Pemekaran ini dengan cara mereka meminta uang kepada masyarakat untuk disumbangkan karena permintaan Pemakaran Kabupaten Okika telah diresponi oleh DPR RI dan akan datang ke Okika untuk mengetahui secara langsung pemekaran tersebut, sehingga masyarakat terpaksa menyumbang puluhan ekor babi hanya acara kehadiran DPR RI tersebut.

Sementara, dari Pemerintah induk sendiri, dalam hal ini Bupati Jayawijaya tidak pernah merekomendasikan adanya pemekaran Kabupaten Okika, sehingga mereka selaku mahasiswa  untuk tidak menerima adanya Pemekaran Okika yang akan dipisahkan dari Kabupaten Jayawijaya.

Dijelaskan, Distrik  Karulu yang kini akan dijadikan sebagai Kabupaten Okika ini mestinya harus dikaji lebih dahulu apakah layak atau tidak, sebab melihat perkembangan daerah sana sangat tidak memungkinkan dijadikan sebagai Kabupaten Pemekaran.

Disamping Sumber Daya Manusianya kurang memadai juga kekurangan potensi alam maupun perekonomiannya itu sendiri tidak bisa diandalkan, kemudian tingkat kedekatan dari Distrik Korulu ke Kabupaten Induk hanya berkisar 25 menit dan itu masih dianggap merupakan kota Kabupaten Induk.

Dikatakan, tim pemekaran ini dipaksakan untuk dijadikan Kabupaten karena ada factor sakit hati sehingga dipaksakan untuk dijadikan suatu Kabupaten, sementara masyarakat tidak menerima kalau adanya pemekaran Kabupaten karena tidak yang bisa menghasilkan.

Untuk itu, jika nanti masih tetap akan melakukan aksi di Okika dan menyeret Tim Pemekaran yang selama ini berkoar-koar untuk dijadikan sebagai Kabupaten. “Kami tetap menolak adanya pemekaran baru di Okika,” pungkasnya.

Sementara itu, HMPTPI, Isak Wetipo mengungkapkan, permintaan untuk dilakukan pemekaran sangat tidak layak karena daerah Okika yang dijadikan Kabupaten sangat dekat sekali dengan Kota.

Kemudian, penghasilan APBD tidak ada, SDM sangat minim sehingga tim pemekaran memaksanakan untuk melakukan pemekaran berarti, dia menginginkan masyarakat menjadi lebih jatuh miskin.

“Dia berjanji akan membuat masyarakat menjadi PNS, saya katakana itu pembohongan public dan itulah yang kami tidak terima,” ujarnya.

Senada disampaikan Nius Aso selaku Ketua HMPJ, bahwa pemekaran yang dilakukan Musa Mabel dinilai suatu pembohongan kepada masyarakat, sebab masyarakat sangat tidak setuju adanaya pemekaran. “Saya sudah lama disana, tidak ada yang bisa menghasilkan, jadi tidak perlu capek-capek untuk meminta adanya pemekaran,” tukasnya.

Masyarakat Baliem Center Lakukan Aksi Galang Dana


Wamena Weneh: Sebagai wujud partisipasi masyarakat mengupayakan berdirinya Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Baliem Center, ribuan masyarakat yang nantinya masuk dalam wilayah Baliem Center melakukan aksi penggalangan dana.


Penggalangan dana ini dilakukan di sekretariat tim pembentukan DOB Baliem Center di Wamena, Kamis (24/3/2016) dengan melakukan bakar batu yang merupakan hasil sumbangan masyarakat dari 10 distrik yaitu empat distrik yang kini masuk di kabupaten induk Lanny Jaya dan enam distrik di Kabupaten Tolikara.
“Aksi ini dalam rangka penggalangan dana dari tim dan seluruh rakyat Baliem Center, karena pada tanggal 5 April 2016 nanti akan ada pembukaan sidang di DPR RI untuk pembentukan DOB Baliem Center dan 65 DOB lainya. Aksi ini melibatkan masyarakat di wilayah Baliem Center, dari kabupaten induk Tolikara enam distrik, kabupaten Lanny Jaya ada empat distrik jadi semua sepuluh distrik. Penggalangan dana ini sudah berkali-kali kami lakukan dari 2008 sampai hari ini,” kata ketua tim kerja pembentukan DOB Baliem Center, Agus Wenda kepada wartawan.
Dengan perkembangan yang ada saat ini, ketua tim kerja pembentukan DOB Baliem Center, Agus Wenda berharap pada bulan April nanti ada titik terang tentang pembentukan daerah otonom baru ini.
“Berdasarkan hasil rapat tanggal 29 Februari 2016 tingkat pemerintah pusat dan DPR RI sudah selesai, dilanjutkan dengan hasil rapat koordinasi dengan pemerintah dengan DPD RI bulan Maret 2016, sehingga kami harapkan bulan depan ada kejelasan tentang perjuangan ini,” tegasnya.
Menurut Agus Wenda, tujuan didirikannya DOB ini tidak lain hanya untuk pembangunan, kesejahteraan rakyat, memperpendek rentang kendali pemerintahan.
“Jika DOB ini jadi, maka masyarakat Baliem Center akan dilibatkan dalam pembangunan nantinya. Kami harapkan seluruh rakyat itu mereka terlibat dari awal, dalam pembentukan kabupaten ini, sehingga dalam pembangunan juga terlibat. Untuk itu, kami tim sudah bentuk suku masing-masing, sehingga jika ada masalah, persoalan, hambatan yang terjadi jika kabupaten datang, nanti bukan pemerintah yang menangani tetapi melalui keluarga-keluarga atau suku itu mereka berikan
sendiri,” katanya.
Sementara tokoh masyarakat Baliem Center, Albert Kogoya berharap kepada masyarakat dan pemuda-pemuda yang akan menjadi penerus program pemerintah ke depan, dapat terus mendukung pendirian kabupaten Baliem Center ini.
“Selaku orang tua, harapan saya agar anak-anak Baliem Center mempunyai pekerjaan untuk masyarakat dari masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kabupaten baru ini dapat mendekatkan masyarakat dengan pemerintah, karena selama ini sangat jauh untuk ke ibukota kabupaten induk,” ungkap Albert Kogoya.

WARGA OKIKA DI JAYAWIJAYA TOLAK PEMEKARAN

Wamenah Weneh . Rencana pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Okina di Kabupaten Jayawijaya, mendapatkan penolakan dari warga Kurulu, yang rencananya wilayahnya akan menjadi ibukota Kabupaten Okika. Masyarakat tak ingin wilayah adatnya menjadi ibukota Kabupaten Okika.
“Salah satunya, masyarakat belum siap menghadapi arus globalisasi yang otomatis akan masuk ke kampung mereka dan akan meminggirkan  masyarakat adat setempat,” kata Boni Alua, Juru bicara Tim Penolakan Daerah Otonomi Baru (DOB) Okika di Kabupaten Jayawijaya, di Grand Abe Hotel, Abepura, Kota Jayapura, Kamis (27/2).
Menurut Boni pemekaran bukanlah ide murni masyarakat Okika,tetapi ide elite lokal yang kecewa karena kalah di pertarungan politik pada tahun 2008 lalu.

Kamis, 31 Maret 2016

Pagelaran Budaya di Bumi Cendrawasih


    Papua: Kepala Taman Budaya Provinsi Papua, 


Drs Aloysius Y Nafurbenan secara resmi menutup kegiatan pagelaran Seni dan Budaya Papua yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Taman Budaya Ekspo Wamena, Distrik Heram, Kota Jayapura.


Acara penutupan pagelaran Seni Budaya Papua, pada Selasa 19 November 2013 tersebut dihadiri langsung Kasubdit Direktorat Pembinaan Kesenanian dan Perfilman, Drs Pustanto dan seluruh Kepala Taman Budaya Se-Indonesia.

Pagelaran Seni Budaya Papua ini awal mulainya dibuka langsung oleh Asisten II Setda Provinsi Papua, Drs Elia Ibrahim Loupatty mewakili Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe, pada Minggu 17 November 2013 yang lalu. Di sini para seniman Papua memamerkan kesenian dan budaya Papua. Dengan harapan ke depannya kegiatan tersebut dapat terus ditingkatkan, sehingga budaya-budaya tidak pernah punah dan tetap digelar setiap ada event-event di daerah Provinsi Papua maupun di daerah Kabupaten/Kota.

Acara yang berlangsung selama 3 hari tersebut terdiri dari 7 kabupaten dengan memperagakan 14 sanggar seni di antaranya, Sanggar Seni Honong dari Wamena, Black Paradise dari Dok IX, Distrik Jayapura Utara, Sanggar Seni Olah Seni Jayapura, Tari Tradisional dari Kabupaten Pegunungan Bintang, Sanggar Seni Marising Jayapura, Tari Tradisional Suku Ansus, Sanggar Seni Musik Tabi,Tari Tradisional Kampung Kayu Batu, Tari Tradisional Maybrat Papua Barat, dan Tari Tradisional Kampung Asei Pulau.

Acara seperti ini harus sering dilakukan untuk kembali mengingatkan tentang keragaman budaya yang dimiliki bumi cenderawasih. (Dewi Sartika/mar)

Dewi Sartika adalah pewarta warga.

Mulai 18 November-29 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Guruku Idolaku". Dapatkan merchandise menarik dari Liputan6.com bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya. 

`Hidup Selalu Bukan Soal Cinta` di Papua Berkisah dan mempublikasi




Evaline Maria Tibul adalah gadis berdarah Papua yang lahir dan besar di Jakarta. Walau hidup sederhana dengan upah tak seberapa sebagai petugas kasir sebuah minimarket, Eva amat menikmati hidup di Jakarta. Gaya hidup dan cara bicara Eva pun tak beda dengan anak-anak muda ibukota lainnya. Ngobrol dengan bahasa gaul, men-smoothing rambut kribonya, dan menjadi pendukung setia Persija adalah sebagian cara Eva untuk menjadi bagian dari kota metropolitan itu.

Eva bergabung dengan Jakmania bukan karena dia gila sepakbola. Bagi Eva, menjadi anggota Jakmania adalah identitasnya sebagai anak Jakarta.

Tak heran, Eva menolak habis-habisan ketika Saulus Tibul, ayahnya, mengajak pulang ke Wamena, Papua. Alasannya, sepeninggal Lisa, ibu Eva yang belum lama meninggal karena penyakit demam berdarah, Saulus merasa kesepian dan rindu kampung halamannya. Eva tidak bisa membayangkan harus meninggalkan sahabat, pacar, dan pekerjaannya (ia baru saja dinobatkan sebagai Employee of The Month dan akan dipromosikan!). Lagipula, ia akan sangat merindukan hiruk-pikuknya Jakarta. Ya, meski berdarah Papua, bagi Eva Jakarta adalah tanah kelahirannya.

Tapi, tak mampu melawan kemauan keras Saulus, Eva terpaksa bersedia ikut pulang ke Papua. Saulus membawa Eva naik taksi miliknya ke Surabaya, lalu menitipkan kendaraan itu pada puteranya di sana. Dari pelabuhan Tanjung Perak, mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan kapal laut menuju pelabuhan Jayapura.

Sepanjang perjalanan Jakarta-Jayapura, ayah dan anak ini berhadapan dengan bermacam-macam orang juga peristiwa, yang pasti jadi pelajaran berharga. Mulai dari berjumpa orang baik, orang jahat, bahkan orang jahat berkedok baik. Mulai dari ditipu orang sampai semua uang simpanan ludes, berkali-kali bertengkar lalu baikan ala ayah-anak, ketinggalan kapal di pelabuhan Nabire, sampai tersesat di kota tak dikenal.

Akankah semua rintangan itu mengokohkan lagi ikatan kasih sayang antara Saulus dan Eva yang sempat renggang, atau malah sebaliknya? Mungkinkah Saulus membatalkan niatnya menetap di Papua setelah tahu puterinya diam-diam punya rencana sendiri untuk kembali ke Jakarta?

Entah mengapa, saya merasa sedikit kesulitan menemukan novel bagus bertema keluarga di antara sekian banyak novel asmara yang membanjiri toko buku. Makanya, saya segera tertarik saat melihat sinopsis Papua Berkisah, di mana konflik orangtua-anak antara Saulus dan Eva tampak 'menjanjikan' keseruan serta keharuan.

Membaca Papua Berkisah, kita bisa melihat gap antara dua generasi, yang memang sering terjadi dalam kehidupan nyata. Saulus, yang menghabiskan masa remajanya di tanah Papua, prihatin betapa Eva sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui akar budayanya yang kaya; membuat masakan Papua tak bisa, bahasa Papua pun tak paham. Sebaliknya, puterinya itu malah larut dalam budaya kota metropolitan masa kini, yang dianggapnya budaya instan dan kurang menghargai proses.

Anak muda zaman sekarang terlalu cepat menginginkan hubungan mereka berhasil, tanpa mau berusaha keras untuk memperbaiki bila salah satu pihak atau malah keduanya, melakukan kesalahan.

Orang zaman sekarang mudah sekali membuang barang. Rusak sedikit saja dibuang untuk kemudian membeli yang baru. Sementara, zaman Saulus muda dulu, orang terbiasa memperbaiki barang yang rusak. Saulus yakin sikap ini ada pengaruhnya terhadap cara orang zaman sekarang menyikapi hubungan asmara mereka.

Omong-omong soal Papua, satu hal yang pertama kali bikin saya tertarik sama buku ini adalah judulnya, yang menyebut salah satu propinsi di Indonesia bagian timur itu. Selama ini sudah banyak sekali novel yang "Jakarta-sentris", atau paling-paling bergeser sedikit ber-setting Bandung, Yogya atau Solo.

Menurut saya, kita butuh buku-buku dengan latar budaya lain yang berbeda dan menyegarkan. Maksud saya, halooo? Indonesia punya 34 propinsi lho. Tiap propinsi pastinya punya budaya unik yang belum tentu semua orang tahu. Entah saya yang kurang update sama novel-novel berlatar budaya atau memang masih belum banyak pengarang yang menggunakan latar budaya daerahnya dalam menulis.

Gempa di Malang Guncang Gunung Raung




Gempa berkekuatan 6,3 Skala Richter mengguncang Kabupaten Malang, 

Jawa Timur pada pukul 14.05 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir gempa berkedalaman 10 kilometer itu terjadi 150 km barat daya Kabupaten Malang.

Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang telah memantau di wilayah terdekat lokasi gempa, untuk memastikan dampak yang ditimbulkan akibat gempa ini.

"Alhamdulillah, tidak ada kerusakan apa pun di wilayah terdekat titik gempa di kawasan Sendangbiru. Kami dan tim relawan di beberapa wilayah telah memantau kawasan sekitar," kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Kabupaten Malang Bagyo Setyono, Malang, Jawa Timur, Minggu (26/7/2015).

Bagyo mengatakan, pihaknya mendapat laporan guncangan akibat gempa dirasakan hingga di kawasan Gunung RaungGunung Raung. Kendati, gempa yang berada di 122,54 kilometer dari Pantai Sendangbiru, Sumbermanjing Wetan, Malang ini diyakini tidak mengakibatkan tsunami.

"Dari informasi yang saya dapat tidak ada potensi tsunami," tutur dia.

BPBD Kabupaten Malang bersama tim relawan di kawasan sekitar titik lokasi gempa, akan terus memantau pascagempa melalui komunikas radio. Tujuannya, memastikan tidak ada kerusakan yang ditimbulkan.

"Kami tetap berkomunikasi melalui radio dan telepon dengan relawan untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada kerusakan," pungkas Bagyo.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, gempa berkekuatan 6,3 skala Richter mengguncang Kabupaten Malang, Jawa Timur pada pukul 14.05 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir gempa berkedalaman 10 kilometer di Samudera Hindia itu terjadi di 150 km barat daya Kabupaten Malang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, titik gempa tersebut dikelilingi 4 kota besar, yakni di 150 km Barat Daya Kabupaten Malang, 163 km Tenggara Kabupaten Blitar, 168 km Barat Daya Lumajang, dan 253 km Barat Daya Surabaya.

Gempa juga melanda Ciamis, Jawa Barat pada Sabtu kemarin 25 Juli 2015. Gempa berkekuatan 5,7 skala Richter ini terjadi pukul 04:44:39 WIB. Pusat gempa ada di 10 km atau 111 km Tenggara Ciamis, Jawa Barat.

Gempa ini juga dirasakan hingga ke 15 kota lainnya di Pulau Jawa, di antaranya Tasikmalaya, Kota Ciamis, Cilacap, Kebumen, Purworejo, Purbalingga, Kota Yogyakarta, Gunungkidul, Bantul, Prambanan Klaten, Solo, Magelang, Wonogiri, Pacitan, dan Ponorogo. (Rmn/Ans)






DPR Papua Tolak Pembangunan Mako Brimob di Wamena



 Jayapura - DPR Papua menolak pembangunan Markas Komando (Mako) Brimob di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Ketua DPRP Yunus Wonda mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya akan membawa surat penolakan tersebut kepada Presiden Joko Widodo. 

"Belum saatnya kita membicarakan pembangunan Mako Brimob di Wamena. Sebab kami tahu persis permasalahan yang akan terjadi setelah Mako ini terbentuk. Sehingga kami dengan tegas menolak pembangunan markas Brimob di Wamena," kata Yunus, Jayapura, Selasa (27/1/2015)

Apalagi selama ini pendekatan aparat keamanan kepada masyarakat Papua sudah keliru. "Aparat selalu menilai kami negatif dan masyarakat terus dalam keadaan tertekan oleh kehadiran aparat," ucap dia. 

Penolakan Mako Brimob di Wamena juga ditolak oleh sekitar 100 perwakilan mahasiswa, pemuda dan masyarakat Jayawijaya. Massa berunjukrasa di Kantor DPR Papua siang kemarin. 

Dalam unjuk rasa tersebut massa membentangkan 2 spanduk besar yang isinya penolakan pembangunan Mako Brimob tersebut. 

"Pembangunan Mako Brimob tidak menjamin tidak terjadinya lagi penyiksaan, pembantaian, sebab kebanyakan aparat yang bertugas di Papua tidak mengetahui adat dan budaya masyarakat setempat," kata Vero Hubi, salah satu pendemo. (Rmn)

Besok Festival Lembah Baliem Resmi Dibuka




      Festival Lembah Baliem yang tahun ini dipusatkan di Usilimo, Kabupaten Jayawijaya, Papua, besok resmi dibuka. Ini adalah kesempatan bagi wisatawan, baik wisatawan nusantatara maupun wisatawan mancanegara, untuk menyaksikan semua ragam suku di Datararan Tinggi Wamena dan Lembah Baliem.
Menurut informasi yang didapat Tim Liputan6.com, Rabu (5/8/2015), Festival Lembah Baliem akan diramaikan atraksi dari berbagai suku yang ada, seperti salah satunya adalah simulasi perang yang menampilkan 26 kelompok, yang terdiri dari 30-50 prajurit.
Simulasi perang adat yang dijadwalkan berlangsung selama dua hari ini akan diiringi Pikon, alat musik tradisional Papua. Pikon merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kulit kayu, dan mampu menghasilkan suara yang kencang. Melalui Pikon, lagu yang dimainkan biasanya mengungkapkan isi hati pemain musiknya, yang akan menghibur orang yang mendengarkannya. Yang menarik, tidak semua orang bisa memainkan Pikon















     Selain perang adat, Festival Lembah Baliem juga akan dimeriahkan dengan berbagai atraksi lain, seperti tarian tradisional Papua, balapan babi, lempar tombak (sege), lontar rotan, panahan, hingga sikoko. Wisatawan mancanegara yang hadir juga akan diberi kesempatan untuk ikut serta dalam atraksi lomba lempar sege dan panahan.
Bagi Anda yang ingin berkunjung dan menyaksikan kemegahan budaya berbagai suku di Papua dalam Festival Lembah Baliem, maskapai penerbangan untuk sampai ke Bandara Sentani tersedia di Jakarta, Surabaya, dan Manado. Dari Bandara Sentani, perjalanan kemudian dilanjutkan menggunakan pesawat hercules untuk sampai ke Ibukota Kabupaten Jayawijaya, Wamena. (Ibo/Igw)




Jokowi: Anak Muda Papua Pinter-pinter, Sering Menang Olimpiade


Setelah selesai menghadiri KTT ASEAN-AS, Presiden Joko Widodo menyempatkan bertemu dengan mahasiswa Papua di Miramonte, Indian Wells California, Selasa 16 Februari 2016. 

Mereka berasal dari berbagai kabupaten di Provinsi Papua dan mendapatkan beasiswa penuh dari Pemerintah Provinsi Papua untuk kuliah di California State University.
Ketika bertemu mahasiswa Papua tersebut,Jokowi menyampaikan apresiasi pada anak-anak muda Papua yang telah bekerja keras dan penuh semangat menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat. 

"Anak-anak muda Papua pinter-pinter. Bahkan dalam Olimpiade sering menang", ujar Jokowi seperti dikutip dari siaran pers Tim Komunikasi Kepresidenan, Rabu (17/2/2016).

Jokowi berharap agar mahasiswa Papua di California belajar dengan baik, menimba ilmu dan pengalaman selama di Amerika Serikat. Jokowi berpesan, setelah mereka lulus agar kembali membangun tanah Papua.


Kamis, 24 Maret 2016

PUTRI PAPUA MENITI PENDIDIKAN

Salomina Wandikbo Meniti Perjuangan Putri Papua Meniti Pendidikan


Liputan6.com,m, Wamena: Cita-cita perjuangan para pemuda dulu untuk meraih hidup yang lebih baik belum sepenuhnya terwujud. Ini terutama dirasakan masyarakat di daerah tertinggal seperti di Papua. Di mana anak-anak sekolah harus berjuang keras bahkan untuk mendapatkan pendidikan.


Adalah Salomina. Siswa kelas tiga SMA Negeri 1 Asologaima, Wamena, Papua ini harus menyusuri sungai dengan sepotong kayu untuk ke sekolah. Butuh waktu dua jam untuk sampai ke sekolahnya. Dia selalu pergi ke sekolah pukul 04.00 WIT. Hujan dan banjir tak menghalanginya sekolah.
Sungai baru satu masalah. SMA Negeri 1 Asologaima pun minim guru. Belajar di rumah juga terkendala. Desa tempat Salomina tinggal belum ada listrik sama sekali. Jadilah Salo belajar hanya dengan bantuan pelita. Namun Salomina masih menyimpan cita-cita. Ia ingin kuliah dan menjadi dokter. Cita-cita yang juga menjadi keinginan ayah Salomina, salah satu kepala suku di kampung mereka.
Inilah potret perjuangan di abad milenium. Di tengah hiruk pikuk Hari Kebangkitan Nasional di Ibu Kota, nun jauh di pelosok sana, semangat kebangkitan itu melekat dalam keseharian. Tekad dan doa telah menjadi bekal menuju masa depan

TENTANG PAPUA PENGUNUNGAN WAMENA.



PAPUA. Apa yang terlintas di balik benak Anda ketika mendengarkan  nama ini?  Sebuah pulau yang masih dihuni oleh orang-orang papua kulit hitam kritin rambut  tak berpakaian? Sebuah pulau dengan keindahan alam yang tak terkira? Atau mungkin malah sebuah pulau dengan tingkat keamanan paling rendah di Indonesia?
Saya  Anda berpikir begitu, mungkin karena Anda memang belum terlalu banyak tahu tentang Papua, tentang pulau terbesar di Indonesia,dan pulau terbesar nomor 2 di dunia setelah Greenland. Dulu  juga banyak salah sangka pada provinsi paling Timur Indonesia ini, mengira Papua masih sangat tertinggal dibanding kota kota lain. Sampai kemudian saat ini menengok sendiri realitas kehidupan di Papua dan harus merevisi banyak dugaan  tentang Papua.
Dalam 2 bulan ini Papua, muncul beberapa pertanyaan dari  teman-teman (utamanya teman-teman di Jawa) tentang Papua. Pertanyaan yang saya yakin juga banyak ditanyakan oleh teman-teman lain yang memang belum tahu banyak tentang Papua. Dari sekian banyak pertanyaan itu ada 5 pertanyaan yang paling sering ditanyakan ke saya. Buat saya ini menarik, karena sesungguhnya ini adalah informasi dasar tentang Papua yang mungkin memang belum banyak diketahui orang.

1).  Papua Tidak Seprimitif yang Kamu Kira Kalau kamu membayangkan orang-orang di Papua kesana kemari dengan hanya dengan menggunakan koteka, maka tentu saja kamu salah. Papua nyaris tidak ada bedanya dengan kota-kota lain di Indonesia. Oke, kita bicara dalam konteks kota besar dulu ya karena kebetulan memang saya hanya datang ke kota-kota besar yang ada di Papua.
Di Jayapura, saya kaget ketika tahu kalau ternyata di sana sudah ada XXI, ada Gramedia dan bahkan di ibu kota kabupaten Sentani saya menemukan Papua Ronz Pizzayang justru tidak saya temukan di Makassar. Artinya apa? Artinya Jayapura sebagai ibu kota provinsi Papua sudah cukup maju dong. Bahkan di waktu-waktu tertentu jalanannya juga macet karena padatnya kendaraan.
Kota lain mungkin tidak seramai Jayapura, tapi setidaknya kota-kota itu tidak seprimitif yang kamu duga. Manokwari punya mall juga, ada KFC juga, ada cafe keren juga. Sorong juga sama, ramai meski tentu saja tidak bisa kamu bandingkan dengan Jakarta, Surabaya, Semarang, Jogja atau Makassar sekalipun.
Bagaimana dengan orang berkoteka? Well, koteka sudah jadi pakaian adat, sama seperti beskap atau baju bodo di Makassar. Kita tidak bisa membayangkan orang-orang menggunakan beskap dan blangkon atau baju bodo dan kebaya setiap hari kan? Papua juga begitu, di kota besar koteka hanya dipakai di acara-acara khusus seperti festival atau upacara adat tertentu. Memang katanya ada beberapa orang yang masih kukuh menggunakan koteka bahkan ketika masuk ke kota besar, tapi saya tidak pernah menemukannya.

2), Papua Lebih Aman dari yang Kamu Kira
Ketika bolak-balik Papua, ibu saya bertanya; di sana aman tidak? Saya tidak menyalahkan beliau, pemberitaan media tentang Papua memang lebih banyak tentang gesekan antara aparat dan warga atau anggota OPM termasuk peristiwa terakhir diPaniai.
Tapi saya kasih tahu ya, selama saya di Papua saya sama sekali tidak merasa kalau kota-kota yang saya datangi (Jayapura, Manokwari dan Sorong) adalah kota yang mencekam. Mungkin memang ada jam-jam tertentu dimana kita akan bertemu dengan pria setengah mabuk yang meminta uang atau barang, tapi hal seperti itu juga bisa kita temukan di kota lain bukan? Tinggal kita saja yang harus pandai melihat celah atau menghindari hal-hal seperti ini.
Di balik perawakan orang Papua yang katanya menyeramkan itu sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang ramah dan sangat terbuka. Tentu saja asal kita tahu cara membuka percakapan yang baik.
Suatu hari saya pernah mampir melihat dari dekat proses menokok sagu dekat danau Sentani. Saya menaruh kamera di mobil, saya datang bukan sebagai tukang foto, saya datang murni sebagai orang yang ingin tahu lebih banyak tentang proses menokok sagu. Seorang pace Papua berdiri di tepi jalan, badannya kekar, berkulit legam dengan brewok di wajah. Dengan sopan saya menyapa beliau dan dengan cepat disambut oleh senyuman dari bibirnya yang merah karena pinang.

 3). Harga Sebotol Aqua di Papua Sama Saja
Oke, mungkin ini hanya berlaku di kota besar. Di Manokwari saya membeli sebotol Aqua 250 ml di hotel dengan harga Rp. 5000.-, sama kan dengan Aqua di tempat kamu?
Di beberapa tempat harga barang memang sangat mahal, seperti di Oksibil atau di Pegunungan Bintang misalnya. Di Oksibil harga seliter bensin sebelum harga BBM naik mencapai Rp. 45.000,-, konon sekarang harganya sudah menembus Rp. 60.000,-/liter. Mahal ya? Iyyalah, karena daerah itu tidak bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat atau roda dua. Oksibil hanya bisa dijangkau dengan pesawat, jadi wajarlah kalau harga-harga di sana memang tinggi.
Meski harga-harga barang di kota besar relatif sama atau hanya mahal beberapa rupiah tapi secara keseluruhan biaya hidup di Papua memang mahal, apalagi yang berhubungan dengan transportasi dan bahan bakar. Sebagai bukti, sewa mobilAvanza di Papua untuk 12 jam adalah Rp. 800.000,- plus supir tapi di luar BBM. Harga ini hampir 3 kali harga di Makassar.
Sekali lagi ini wajar, transportasi di Papua memang tidak bisa disamakan dengan daerah lain di Indonesia. Beberapa daerah di Papua hanya bisa dijangkau dengan pesawat yang tentu saja membuat harga beberapa kebutuhan jadi sangat tinggi. Oh ya, dari informasi Kompas yang saya dapatkan, di Papua (termasuk Papua Barat) total ada 200 bandara besar ataupun kecil.

4). Malaria Masih Jadi Pembunuh Terbesar di Papua
Kita mungkin sudah lupa kalau ada penyakit yang namanya malaria, penyakit yang dulu kita kenal lewat pelajaran SD belasan atau bahkan puluhan tahun yang lalu. Di beberapa daerah Indonesia, malaria mungkin sudah jadi penyakit kenangan karena memang sudah bisa dibasmi.
Tapi di Papua tidak, malaria masih menjadi penyakit mematikan nomor satu. Menurut laporan Radio Australia tahun 2012 ada 413.000 kasus malaria di Papua meski menurut dinas kesehatan provinsi Papua jumlah ini mulai menurun di tahun 2013.

Nyamuk anopheles penyebab malaria asal Papua memang endemik, nyamuknya berbeda dengan nyamuk di daerah lain di Indonesia. Nyamuk ini memang sangat berbahaya bagi orang luar yang baru datang ke Papua, berbeda dengan warga lokal yang secara alami sudah punya antibodi dalam tubuhnya meski tetap saja beresiko kena malaria ketika ketahanan tubuhnya sedang menurun.
Ketika akan berangkat ke Papua, satu hal yang diwanti-wanti ke saya adalah mengkonsumsi pil kina untuk mencegah malaria. Apakah itu efektif? Entahlah, karena kata dokter sebanyak apapun pil kina yang kita konsumsi tetap tidak akan mempan karena nyamuk malaria di Papua memang endemik. Cara terbaik adalah menjaga daya tahan tubuh jangan sampai drop karena memudahkan nyamuk malaria menginfeksi kita.
Konon cara lain mencegah malaria adalah dengan memakan ulat sagu, salah satu makanan khas Papua yang masih membuat saya penasaran.

5). Papua Itu Sangat Indah, Sangat!
Ini mungkin fakta yang paling banyak disadari orang belakangan ini. Apalagi ketika Raja Ampat mulai menjadi primadona wisata Indonesia beberapa tahun belakangan. Beberapa kali ke Papua saya sama sekali belum menemukan alasan untuk membantah fakta ini. Papua memang indah!
Papua punya semua yang dibutuhkan manusia pencari keindahan alam. Mereka punya laut yang biru dan jernih, mereka punya gunung yang hijau menjulang, mereka punya sungai yang coklat dan mengular. Mau cari apalagi? Hampir semua bandara di Papua sudah menawarkan keindahan itu, belum lagi ditambah dengan langit Papua yang selalu terlihat biru dan jernih.
Semua keindahan itu bisa ditermukan dengan mudah di sekitar kota-kota besar yang ada di Papua, ini karena memang kontur alam Papua yang dipenuhi perbukitan bahkan di daerah pesisir sekalipun. Jangan lupakan juga budaya mereka yang unik dan mungkin masih belum banyak terekspos. Singkatnya, Papua menawarkan banyak keindahan dan banyak cerita yang mengasyikkan untuk direkam dan diceritakan ulang.
Nah karena sekarang kalian sudah tahu lebih banyak tentang Papua, jadi kapan ke Papua?

Rabu, 23 Maret 2016

walak mbarlima wene

Dalam suku walak mbarlima ini sanggat tekung dengan adat istiadat dan dalam pemerintahan maupun dalam suku, begitu juga dengan orang orang tua sangat bergembirah saat acarah adat apapun dan kami anak anak suku walak jangan tinggalkan peganggan orang orang tua kami dan kami arus melanjutkan dari orang tua kami dan jangan terpengaruh dengan orang buleh maupun orang jawa kuatkan dirimu dengan pengangan yang di berikan dari orang tua mu sobat,

disini hanya mengingatkan kepada sobat dan untuk demi masa depan kami trimakasi,
Walak, Aelak Naoromi Newai,,,,,,???????

SELAMAT DATANG DI BLONGSPOT WENE UMA WENE

Suku Dani

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Suku Dani
Orang Parim
Jumlah populasi
2009: kurang lebih 25.000 Jiwa.
Kawasan dengan konsentrasi signifikan
Indonesia:
  • Papua25.000 Jiwa
Bahasa
bahasa Dani
Agama
Mayoritas Kristen Protestan dan Islam Sunni, namun ada sedikit yang beragama Katholik,AnimismeAnimatismeDinamisme dan Totem
Kelompok etnik terdekat
Suku DamalSuku YaliSuku Lani dan Suku Moni.
Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau bermukim atau mendiami wilayah Pegunungan TengahPapuaIndonesia dan mendiami keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya.Selayang Pandang Suku Dani[sunting | sunting sumber]
Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani masih banyak mengenakan ''koteka'' (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya).

Suku Dani Ditemukan[sunting | sunting sumber]

Suku Dani Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah Ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Belanda), tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem.
The International Standard Bible Encyclopedia Volume 4.pdf
Kemudian penyidik asal Amerika Serikat yang bernama Richard Archold anggota timnya adalah orang pertama yang mengadakan kontak dengan penduduk asli yang belum pernah mengadakan kontak dengan negara lain sebelumnya. Ini terjadi pada tahun 1935. kemudian juga telah diketahui bahwa penduduk Suku Dani adalah para petani yang terampil dengan menggunakan kapak batu, alat pengikis, pisau yang terbuat dari tulang binatang, bambu atau tombak kayu dan tongkat galian. Pengaruh Eropa dibawa ke para misionaris yang membangun pusat Misi Protestan di Hetegima sekitar tahun 1955. Kemudian setelah bangsa Belanda mendirikan kota Wamena maka agama Katholik mulai berdatangan.

Bahasa Suku Dani[sunting | sunting sumber]

Bahasa Dani terdiri dari 3 sub keluarga bahasa, yaitu:
  • Sub keluarga Wano di Bokondini
  • Sub keluarga Dani Pusat yang terdri atas logat Dani Barat dan logat lembah Besar Dugawa.
  • Sub keluarga Nggalik & ndash
Bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan bahasa Papua tengah (secara umum).

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Letak Geografis[sunting | sunting sumber]

Secara geografis Kabupaten Jayawijaya terletak antara 30.20 sampai 50.20′ Lintang Selatan serta 1370.19′ sampai 141 bujur timur. Batas-batas Daerah Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai berikut : sebelah utara dengan Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, barat dengan Kabupaten Paniai, selatan dengan Kabupaten Merauke dan Timur dengan perbatasan negara Papua Nugini.
Topografi Kabupaten Jayawijaya terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang luas. Di antara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu tertutup salju, misalnya Puncak Trikora (4750 m), Puncak Yamin (4595 m), dan Puncak Mandala (4760 m). Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur/gamping dan granit terdapat di daerah pegunungan sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran antara endapan lumpur, tanah liat dan lempung.

Klimatologis[sunting | sunting sumber]

Suku Dani menempati daerah yang beriklim tropis basah karena dipengaruhi oleh letak ketinggian dari permukaan laut, temperatur udara bervariasi antara 80-200 derajat Celcius, suhu rata-rata 17,50 derajat Celcius dengan hari hujan 152,42 hari pertahun, tingkat kelembaban diatas 80 %, angin berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan terendah 2,5 knot.

Kepercayaan[sunting | sunting sumber]

Dasar religi masyarakat Dani adalah menghormati roh nenek moyang dan juga diselenggarakannya upacara yang dipusatkan pada pesta babi. Konsep kepercayaan/keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara lain :
  • kekuatan menjaga kebun
  • kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala
  • kekuatan menyuburkan tanah Untuk menghormati nenek moyangnya, suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain itu juga adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk menyejahterakan keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.

Sistem Kekerabatan[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batih, di mana bapak, ibu, dan anak tinggal dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang sebagai suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi para penghuninya, dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah sili.
Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga, yaitu kelompok kekerabatan, paroh masyarakat, dan kelompok teritorial.
  • Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah keluarga luas. Keluarga luas ini terdiri atas tiga atau dua keluarga inti bersama – sama menghuni suatu kompleks perumahan yang ditutup pagar (lima).
  • Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klen kecil) yang disebut ukul oak (klen besar)
  • Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).

Pernikahan[sunting | sunting sumber]

Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini. Keluarga batih ini tinggal di satu – satuan tempat tinggal yang disebut silimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 & ndash; 4 slimo yang dihuni 8 & ndash; 10 keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasal dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety / dengan orang di luar Moety).

Kesenian[sunting | sunting sumber]

Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman, seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai, dan Wamai.
Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan khas, anyaman kantong jaring penutup kepala dan pegikat kapak. Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan tersebut antara lain : Moliage, Valuk, Sege, Wim, Kurok, dan Panah sege.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Sebagaimana suku – suku pedalaman Papua, seperti halnya suku Dani, umumnya tingkat pendidikan (formal) rendah dan kesadaran untuk menimba ilmunya juga masih kurang. Namun, sejak masa reformasi beberapa belas tahun silam suku Dani sudah banyak yang menuntut ilmu ke luar daerahnya. Salah satunya adalah Meri Tabuni. Sebagian mereka belum bisa membaca.

Politik dan Kemasyarakatan yang Bersahaja[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Dani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong, kehidupan masyarakat Dani memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  • Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu bergotong royong
  • Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang dipimpin oleh seorang penata adat atau kepala suku
  • Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan keluarga dan keturunan dan berdasarkan kesatuan teritorial.
Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap Kain yang memimpin desa adat watlangka, selain itu ada juga 3 kepala suku yang posisinya berada di bawah Ap Kain dan memegang bidang sendiri & ndash; sendiri, mereka adalah : Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap Ubaik Silimo biasa yang dihuni oleh masyatakat biasa dikepalai oleh Ap. Waregma. Dalam masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria yang berarti kuat, pandai dan terhormat.
Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang sudah tua, tetapi masih mampu mengatur urusannya dalam satu halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan tersebut antara lain pemeliharaan kebun dan Bahi serta melerai pertengkaran.
Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau pesta lain. Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin konfederasi biasanya pernah juga menjadi win metek, meski bukan syarat mutlak, syarat menjadi pemimpin masyarakat Dani : Pandai bercocok tanam, bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki kekuatan fisik dan keberanian, pandai berdiplomasi, dan pandai berperang.

Perekonomian[sunting | sunting sumber]

Sistem Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Sistem ekonomi nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses perpindahan manusia yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.
Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu baru mulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas. Inovasi yang berkesinambungan dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang sangat sederhana tadi berkembang menjadi suatu sistem perkebunan ubijalar, seperti sekarang.

Mata Pencaharian[sunting | sunting sumber]

Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berkebun. Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah pisang, tebu, dan tembakau.
Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu:
  • Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap
  • Kebun-kebun di lereng gunung
  • Kebun-kebun yang berada di antara dua uma
Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung, atau jurang. Dalam mengerjakan kebun, masyarakat suku Dani masih menggunakan peralatan sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak batu.
Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi dipelihara dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa bangunan berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu. Bagian dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan alat-alat berkebun.
Bagi suku Dani, babi berguna untuk:
  1. dimakan dagingnya
  2. darahnya dipakai dalam upacara magis
  3. tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan
  4. tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
  5. sebagai alat pertukaran/barter
  6. menciptakan perdamaian bila ada perselisihan
Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di sekitarnya. Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil hutan seperti kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.

Rumah Adat[sunting | sunting sumber]

Honai, rumah adat suku Dani ukurannya tergolong mungil, bentuknya bundar, berdinding kayu dan beratap jerami. Namun, ada pula rumah yang bentuknya persegi panjang. Rumah jenis ini namanya Ebe'ai (Honai Perempuan).
Perbedaan antara Honai dan Ebe'ai terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki, sedangkan Ebe'ai (Honai Perempuan) dihuni oleh perempuan. Komplek Honai ini tersebar hampir di seluruh pelosok Lembah Baliem yang luasnya 1.200 km2. Baik itu dekat jalan besar (dan satu-satunya yang membelah lembah itu), hingga di puncak-puncak bukit, di kedalaman lembah, juga di bawah naungan tebing raksasa.
Rumah bundar itu begitu mungil sehinggi kita tak bisa berdiri di dalamnya. Jarak dari permukaan rumah sampai langit-langit hanya sekitar 1 meter. Di dalamnya ada 1 perapian yang terletak persis di tengah. Tak ada perabotan seperti kasur, lemari, ataupun cermin. Begitu sederhana namun bersahaja.
Atap jerami dan dinding kayu rumah Honai ternyata membawa hawa sejuk ke dalam Honai. Kalau udara dirasa sudah terlalu dingin, seisi rumah akan dihangatkan oleh asap dari perapian. Bagi suku Dani, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap dalam waktu lama. Selama pintu masih terbuka (dan memang tak ada tutupnya), oksigen masih mengalir kencang.
Selain jadi tempat tinggal, Honai juga multifungsi. Ada Honai khusus untuk menyimpan umbi-umbian dan hasil ladang, semacam lumbung untuk menyimpan padi. Ada pula yang khusus untuk pengasapan mumi. Fungsi yang disebut terakhir itu bisa ditemukan di Desa Kerulu dan Desa Aikima, tempat 2 mumi paling terkenal di Lembah Baliem.

Bentuk Honai[sunting | sunting sumber]

Bentuk Honai yang bulat tersebut dirancang untuk menghindari cuaca dingin ataupun karena tiupan angin yang kencang sehingga rumah yang sederhana ini dapat bertahan bertahun-tahun lamanya.

Atap Honai[sunting | sunting sumber]

Honai memiliki bentuk atap bulat kerucut. Bentuk atap ini berfungsi untuk melindungi seluruh permukaan dinding agar tidak mengenai dinding ketika hujan turun.
Atap honai terbuat dari susunan lingkaran-lingkaran besar yang terbuat dari kayu buah sedang yang dibakar di tanah dan diikat menjadi satu di bagian atas sehingga membentuk dome. Empat pohon muda juga diikat di tingkat paling atas dan vertikal membentuk persegi kecil untuk perapian.
Penutup atap terbuat dari jerami yang diikat di luar kubah. Lapisan jerami yang tebal membentuk atap dome, bertujuan menghangatan ruangan di malam hari. Jerami cocok digunakan untuk daerah yang beriklim dingin. Karena jerami ringan dan lentur memudahkan suku Dani membuat atap serta jerami mampu menyerap goncangan gempa, sehingga apabila terjadi gempa ,sangat kecil kemungkinan rumah Honai akan roboh.

Dinding & Bukaan[sunting | sunting sumber]

Honai mempunyai pintu kecil dan jendela-jendela yang kecil. Jendela-jendela ini berfungsi memancarkan sinar ke dalam ruangan tertutup itu. Ada pula Honai yang tidak memiliki jendela, Honai tanpa jendela pada umumnya dipergunakan untuk kaum ibu/perempuan.
Jika Anda masuk ke dalam honai ini, maka di dalam cukup dingin dan gelap karena tidak terdapat jendela dan hanya ada satu pintu. Pintunya begitu pendek sehingga harus menunduk jika akan masuk ke rumah Honai. Di malam hari menggunakan penerangan kayu bakar di dalam Honai dengan menggali tanah di dalamnya sebagai tungku, selain menerangi bara api juga bermanfaat untuk menghangatkan tubuh. Jika tidur, mereka tidak menggunakan dipan atau kasur, mereka beralas rerumputan kering yang dibawa dari kebun atau ladang. Umumnya mereka mengganti jika sudah terlalu lama karena banyak terdapat kutu babi.

Ketinggian [sunting | sunting sumber]

Rumah Honai mempunyai tinggi 2,5-5 meter dengan diameter 4-6 meter. Rumah Honai ditinggali oleh 5-10 orang dan rumah ini biasanya dibagi menjadi 3 bangunan terpisah. Satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur). Bangunan kedua untuk tempat makan bersama dimana biasanya mereka makan beramai-ramai dan bangunan ketiga untuk kandang ternak terutama babi. Rumah Honai juga biasanya terbagi menjadi 2 tingkat. Lantai dasar dan lantai satu di hubungkan dengan tangga yang terbuat dari bambu/kayu. Biasanya pria tidur melingkar di lantai dasar , dengan kepala di tengah dan kaki di pinggir luarnya, demikian juga cara tidur para wanita di lantai satu. Dalam peraturan adat Honai, pria dan wanita (termasuk anak-anak) tidak boleh tidur disatu tempat secara bersamaan hukumnya tabu.

Fungsi Honai[sunting | sunting sumber]

Rumah Honai mempunyai fungsi antara lain:
  • Sebagai tempat tinggal
  • Tempat menyimpan alat-alat perang
  • Tempat mendidik dan menasehati anak-anak lelaki agar bisa menjadi orang berguna pada masa depan
  • Tempat untuk merencanakan atau mengatur strategi perang agar dapat berhasil dalam pertempuran atau perang
  • Tempat menyimpan alat-alat atau simbol dari adat orang Dani yang sudah ditekuni sejak dulu

Filosofi Honai[sunting | sunting sumber]

Filosofi bangunan Honai yang bentuknya bulat melingkar adalah :
  • Dengan kesatuan dan persatuan yang paling tinggi kita mempertahankan budaya yang telah diperthankan oleh nene moyang kita dari dulu hingga saat ini.
  • Dengan tinggal dalam satu honai maka kita sehati, sepikiran dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
  • Honai merupakan simbol dari kepribadian.

Bahan Pembuat[sunting | sunting sumber]

Kebiasaaan dari suku atau orang Dani dan Yali dalam membangun Honai yaitu mereka mencari kayu yang memang kuat dan dapat bertahan dalam waktu yang lama atau bertahun-tahun bahkan sampai ratusan tahun. Bahan yang digunakan sebagai berikut:
  • Kayu besi (oopihr) digunakan sebagai tiang penyangga bagian tengah Rumah Honai
  • Kayu buah besar
  • Kayu batu yang paling besar
  • Kayu buah sedang
  • Jagat (mbore/pinde)
  • Tali
  • Alang-alang
  • Papan yang dikupas
  • Papan alas dll.

Adat Menghormati Nenek Moyang[sunting | sunting sumber]

Untuk menghormati nenek moyangnya, Suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain itu, juga adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk mensejahterakan keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.

Tradisi Potong Jari[sunting | sunting sumber]

Banyak cara menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk mengembalikan kembali perasaan sakit akibat kehilangan. Namun berbeda dengan Suku Dani, mereka melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarga yang meninggal. Tidak hanya dengan menangis, tetapi memotong jari. Bila ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik, Suku Dani diwajibkan memotong jari mereka. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah symbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Pemotongan jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yangg telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yg berduka.

Mengapa Jari yang Dipotong?[sunting | sunting sumber]

Bagi Suku Dani, jari bisa diartikan sebagai simbol kerukunan, kesatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun sebuah keluarga, walaupun dalam penamaan jari yang ada di tangan manusia hanya menyebutkan satu perwakilan keluarga, yaitu ibu jari. Akan tetapi jika dicermati perbedaan setiap bentuk dan panjang jari memiliki sebuah kesatuan dan kekuatan kebersamaan untuk meringankan semua beban pekerjaan manusia. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan sehingga tangan kita bisa berfungsi dengan sempurna. Kehilangan salah satu ruasnya saja, bisa mengakibatkan tidak maksimalnya tangan kita bekerja. Jadi jika salah satu bagiannya menghilang, maka hilanglah komponen kebersamaan dan berkuranglah kekuatan.
Alasan lainnya adalah “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman dasar hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur, satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat ada keluarga yang meninggal dunia.
Tradisi potong jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak, atau parang. Ada juga yang melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan pemotongan jari.Selain tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan dalam upacara berkabung. Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali ke tanah.Beberapa sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah hampir ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun kita masih bisa menemukan banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah terpotong karena tradisi ini.

Popular Posts